Sabtu, 04 April 2015

FARDU KIFAYAH



FARDU KIFAYAH
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
Aida Nurul Fazma Hsb
Bk reguler 2012
                                11211002
http://1.bp.blogspot.com/_gM-SvoLBdLI/Ssg0YsV8ZHI/AAAAAAAAAWU/ZLeAhlK_Urk/s1600/FIP.BMP
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan  profesi keguruan, ataupun bagi yang masih tahap belajar, adapun isi makalah ini adalah tentang  FARDU KIFAYAH.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin

                                                                             Medan, 25 Desember 2014

                                                                                                                 Penulis









1.      Tatacara Memandikan Dan Mengkafani Jenazah

A.    Tatacara memandikan jenazah
Walaupun hanya urusan memandikan jenazah, tetapi Rasulullah telah memberikan ketetuan dan tata cara yang harus diikuti oleh umatnya. Umatnya tidak boleh mengada-ada atau membuat aturan sendiri. Adapun rangkaian tata cara dan ketentuan memandikan jenazah yang sesuai dengan sunah Rasul meliputi : persiapan, cara memandikan jenazah, dan mengeringkan setelah memandikan.
A.  Persiapan
1.   Menyediakan air yang suci dan mensucikan, secukupnya dan mempersiapkan perlengkapan mandi seperti handuk, sabun, wangi-wangian, kapur barus, dan lain-lain.
2.   Mengusahakan tempat untuk memandikan jenazah yang tertutup sehingga hanya orang yang berkepentingan saja yang ada disitu.
3.   Menyediakan kain kafan secukupnya.
4.   Usahakanlah orang-orang yang akan memandikan jenazah itu adalah keluarga dekat jenazah atau orang-orang yang dapat menjaga rahasia. Jika jenazahnya lelaki maka yang memandikan harus lelaki, demikian juga sebaliknya bila jenazahnya perempuan maka yang memandikan harus perempuan, kecuali suami kepada istrinya atau istri kepada suaminya. Dalam hal ini tidak ada kias seorang anak memandikan orang tuanya yang lainjenis.

B. Cara memandikan jenazah
1.    Niat karena Allah SWT.
2.   Membalut jenazah dengan kain tebal (tidak transparan) untuk menutup aurat, lalu seluruh pakaian yang sebelumnya melekat di badannya dilepaskan. Artinya, jenazah dimandikan dalam keadaan terturup auratnya. Membersihkannya dengan merogohnya
3.   Melepaskan perhiasan dan gigi palsunya bila memungkinkan
4.   Membersihkan rongga mulutnya, kuku-kukunya dan seluruh tubuhnya dari kotoran dan najis
5.   Memulai memandikan dengan membersihkan anggota wudlunya dengan mendahulukan yang kanan dan menyiramnya hingga rata tiga, lima, tujuh kali atau sesuai dengan kebutuhan
6.   Pada waktu memandikan hendaknya dengan hati-hati, lembut, dan sopan
7.   Pada bagian akhir siraman hendaklah dicampurkan dengan wangi-wangian, seperti kapur barus atau daun bidara
8.   Mengeringkan badan jenazah dengan handuk dan berilah wangi-wangian. Bagi jenazah yang berambut panjang hendaklah dikepang rambutnya bila memungkinkan.

Selain itu ada beberapa catatan yang harus diperhatikan :
1.   Orang yang gugur, syahid da am peperangan membela agama Allah, cukup dimakamkan dengan pakaiannya yang melekat di tubuhnya (tanpa dimandikan, dikafani dan disholatkan)
2.    Orang yang wafat dalam keadaan berihram dirawat seperti biasa tanpa diberi wewangian
3.   Orang yang syahid selain dalam peperangan membela agama Allah seperti melahirkan, tenggelam, terbakar dirawat seperti biasa
4.   Jenazah janin yang telah berusia 4 bulan dirawat seperti biasa
5.   Apabila terdapat halangan untuk memandikan jenazah, maka cukup diganti dengan tayamum
6.    Bagi orang yang memandikan jenazah disunnahkan untuk mandi.

Ada satu tahapan yang harus dilakukan yaitu mengafani. Mengafani jenazah dilakukan setelah orang-orang beriman memandikan jenazah saudaranya dengan cara sebaik-baiknya dan harus sesuai dengan tata cara dan ketentuan dari Rasulullah. Orang-orang beriman tinggal melaksanakannya sesuai dengan sunnah Rasul. Sebagaimana memandikan, dalam mengafani jenazah yang sudah ada tata cara dan ketentuan yang sudah baku dari Rasulullah tersebut, tidak boleh mengada-ada. Yang terkait dengan tahapan mengkafani jenazah adalah : perlengkapan dan persiapan serta prosedur mengafani jenazah.

Perlengkapan yang diperlukan untuk mengafani jenazah adalah sebagai berikut:
1.    Kain untuk mengafani secukupnya, diutamakan yang berwarna putih
2.    Kain kafan untuk jenazah laki-laki terdiri dari 3 (tiga) lembar, sedangkan kain kafan untuk jenazah perempuan terdiri dari 5 (lima) lembar kain, terdiri dari:
o    Kain basahan
o    Baju kurung
o    Kerudung
o    Dua lembar kain penutup.
3.    Sebaiknya disediakan perlengkapan sebagaiberikut:
o    Tali sejumlah 3, 5,7 atau 9, antara lain untuk:
ü  Ujungkepala
ü   Leher
ü  Pinggang/ pada lengan tangan
ü  Perut
ü  Lutut
ü  Pergelangan kaki
ü   Ujung kaki
o    Kapas secukupnya
o    Kapur barus atau pewangi secukupnya.
4.    Meletakkan kain memanjang searah tubuhnya, di atas tali-tali yang telah disediakan
5.    Untuk jenazah perempuan, aturlah mukena, baju dan kain basahan sesuai dengan letaknya

Pelaksanaan Mengkafani Jenazah
Setelah semua perlengkapan disiapkan, maka dimulailah mengafani jenazah dengan urutan sebagai berikut:
1.    Jenazah diletakkan membujur di atas kain kafan, dalam keadaan tertutup selubung kain
2.    Lepaskan kain selubung dalam keadaan aurat tetap tertutup
3.    Bilamana diperlukan, tutuplah dengan kapas lubang-lubang yang mengeluarkan cairan
4.   Bagi jenazah laki-laki, ditutup dengan 3 (tiga) lapis kain secara rapih dan diikat dengan simpul di sebelah kiri
5.   Bagi jenazah yang berambut panjang (perempuan) hendaklah rambutnya dikepang, bila memungkinkan
6.   Bagi jenazah perempuan, kenakan (pakaikan) 5 (lima) lapis kain, yaitu: kerudung untuk kepala, baju kurung, kain basahan penutup aurat dan 2 (dua) lembar kain penutup secara rapih, serta diikat dengan simpul di sebelah kiri
7.   Bila diperlukan, ruangan di sekitar jenazah diberi wewangian (diukup).



2. Tatacara Pelaksanaan Menyolatkan Mayat

A. Bacaan niat shalat  jenazah
اُصَلِّي علي هذا الَميّتِ ِلله تعالي

Ushallii 'alaa haadzal mayyiti lillaahi ta'aala

Aku niat menshalatkan mayyit ini, karena Allah Ta'aala

Lafadz
هذا الَميّتِ /haadzal mayyiti
diganti dengan
هذه الَميّتِة /haadzihil mayyitati
jika mayatnya perempuan.
Setelah takbir pertama, bacaan yang dibaca adalah surat Al Fatihah. Menurut qoul ulama fiqih yang shahih, bacaan Fatihah dalam shalat jenazah tidak diawali dengan bacaan iftitah dan tidak disertai membaca surat pendek setelahnya, seperti halnya shalat pada umumnya. Namun disunatkan membaca ta'awwudz dahulu sebelum membaca Fatihah.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
A'uudzubillaahi minasy syaithaanir rajiim
Aku berlindung dari syaitan yang terkutuk

Lalu selanjutnya membaca surat Al Fatihah.







B. Bacaan setelah takbir ke dua.
Bacaan setelah takbir kedua yaitu membaca shalawat kepada Nabi.
أللهم صَلِّ علي محمد وعلي ألِ محمد كما صَلَيْتَ علي إبراهيم وعلي أل إبراهيم وبارِكْ علي محمد وعلي أل محمد كما باركت علي إبراهيم وعلي أل إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد
Allaahumma shalli 'alaa  muhammadin, wa 'alaa aali  muhammadin, kamaa shallaita 'alaa ibraahiima, wa 'alaa aali  ibraahiima. Wa baarik 'alaa  muhammadin, wa 'alaa aali  muhammadin, kamaa baarakta 'alaa ibraahiima, wa 'alaa aali  ibraahiima.  Fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid.

“Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarganya (termasuk anak dan istri atau umatnya), sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.”

C. Bacaan setelah takbir  ke tiga
Setelah takbir ke tiga, membaca doa di bawah ini :
اللهم اغْفِرْ لَهُ وارْحَمهُ وعافِهِ واعفُ عنه وأَكْرِمْ نُزولَهُ ووسِّعْ مَدخلَهُ واغْسِلْهُ بِماءٍ وثَلْج وبَرَدٍ ونَقِهِ من الخَطايا كما يُنَقَي الثَوبُ الأَبْيَضُ مِنِ الدَنَسِ وأَبْدِلْهُ دارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وأَهْلًا خَيْراً من أهلِهِ وَزَوْجًا خَيْراً مِن زَوْجِهِ وَقِهِ فِتْنَةَ القَبْرِ وعَذَابَ النارِ
Allaahummaghfirlahu, warhamhu, wa 'aafihi, wa'fu 'anhu, wa akrim nuzuulahu, wa wassi' madkhalahu, waghsilhu bimaa-in watsaljin wabaradin, wanaqqihi minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minaddanasi, wa abdilhu daaran khairan min daarihi, wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, waqihi fitnatal qabri wa 'adzaabannaar.

Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia,  ampunilah kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburannya, cucilah kesalahannya dengan air, es dan embun  sebagaimana mencuci pakaian putih dari kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, gantilah istrinya dengan isri yang lebih baik, hindarkanlah dari fitnah kubur dan siksa neraka.

D. Bacaan setelah takbir ke empat
Setelah takbir ke empat, membaca doa di bawah ini :
اللهُمّ لاتَحرِمْنا أَجْرَهُ ولاتَفْتِنّا بَعدَهُ
Allaahumma laa tahrimnaa ajrahu, walaa taftinnaa ba'dah
Artinya :
Ya Allah, janganlah Engkau haramkan Kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah pada kami setelah kematiannya.

E. Bacaan salam.
Setelah membaca doa takbir ke empat, bacala salam.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh
Artinya :
"Keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan-Nya semoga untuk kalian semua"












3. Tata Cara Mengubur Jenazah
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, bahwa dalam merawat jenazah telah ada tuntunan baku dari Rasulullah. Umat Islam tinggal melaksanakan sesuai ketentuan dan tuntunan tersebut.
Berikut ini adalah tata cara penguburan jenazah sesuai dengan ketentuan atau sunnah Rasulullah yang dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1.                  Persiapan
ü  Liang kubur hendaknya dibuat yang dalam, pada tanah yang kuat, sehingga tidak sampai tercium bau jasadnya, aman dari gangguan hewan pemakan bankai/binatang buas dan longsor atau tergusur oleh aliran air
ü  Liang kubur dapat berupa lahad yaitu liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada arah kiblat (pinggir) untuk meletakkan jenazah, atau syiq yaitu liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya. (Lihat gambarpada lampiran).
ü  Sebaiknya dikuburkan di kuburan khusus kaum Muslim yang terdekat, kecuali dalam keadaan darurat.
ü  Jangan mengubur jenazah pada 3 (tiga) waktu:
a.Ketika terbit matahari hingga naik
b.Ketika matahari di tengah-tengah
c.Ketika matahari hampir terbenam hingga betul-berul terbenam.
ü  Penutup lubang kubur harus kuat dengan menggunakan kayu, bambu atau batu sebagai penyangga sehingga tidak mudah longsor ke bawah
ü  Usungan keranda jenazah hendaklah tertutup rapat dan sederhana.
2.                  Membawa (Mengusung) jenazah
ü  Jenazah dibawa (diusung) ke kuburan dengan diiringi oleh sanak kerabat dan handai tolan.
ü  Dalam mengiringi jenazah hendaklah menunjukkan sikap berkabung dan jangan bersenda gurau, tidak bersuara, termasuk berdzikir maupun membaca Al-Qur’an
ü  Pengiring jenazah yang berjalan kaki berada di sekitar jenazah, sedangkan yang berkendaraan berada di belakang
ü  Orang yang melihat iringan jenazah hendaklah menghormati dengan berdiri tegak, bagi yang berkendaraan atau berjalan hendaklah berhenti, hingga jenazah lewat
ü  Para pengiring jenazah jangan duduk lebih dahulu sebelum jenazah diturunkan dari pundak pembawanya.
ü  Pengiring jenazah bila memasuki kuburan hendaklah mengucapkan salam dan melepaskan alas kaki.
Adapun bacaan salam ketika memasuki kuburan adalah:
  1. membaca do’a
السلام عليكم دار قوم مؤمنين وانا انشاء الله بكم لاحقون. اللهم لاتخرمنا اجرهم ولا تفتنا بعدهم
“assala-mu ‘alaikum da-ra qoumin mu’mini-na wa inn a issya- allo-hu la-khiqu-n. Allohumma la-takhrimna-ajrohum wala taftinna-badahum”.
“Semoga kedamaian tercurah kepadamu, wahai perumahan orang-orang yang Mukmin. Dan insya Allah, kami akan menyusul kamu sekalian. Ya Allah, janganlah Engkau menjauhkan kami dari pahala mereka dan janganlah Engkau timbulkan fitnah kepada kami, sepeninggal mereka”.
  1. Atau membaca
السلام عليكم اهل الديار من المؤمنين والمسلمين وانا ان شاء الله بكم لحقون. نسئلوا الله لنا ولكم العاقبة
“assala-mu ‘alaikum ahlad diyari minal mu’mini-na wal muslimin, wa inna- insya- allo-hu bikum la-khiqu-n. Nas alullo-ha lana wa lakumul ‘afiyah”
“Semoga kedamaian tercurah kepadamu penghuni perumahan dari orang-orang mukmin dan orang-orang muslim. Dan kami akan menyusul, insya Allah. Kami memohon kepada Allah ‘afiyah (kebaikan) bagi kami dan bagi kamu”.


  1. Atau membaca
السلام عليكم دار قوم مؤمنين واتاكم ماتدعون غدا مؤجلون وانا ان شاء الله بكم لحقون. اللهم اغفر لأهل …. 
“assala-mu ‘alaikum da-ra qoumin mu’mini-n, wa ata-kum ma tu-‘adu-na ghodan muajjalu-n, wainna-insyaallo-hu bikum la-khiqu-n. Allo-hummaghfir liahli…. (sebutnamanya).
“Semoga kedamaian tercurah kepadamu, wahai penghuni perumahan orang-orang Mukmin. Dan semoga kamu segera memperoleh apa yang telah dijanjikan kepadamu. Dan insya Allah kami akan menyusul kamu. Ya Allah, berilah ampunan kepada penghuni kuburan (makam) (sebut namanya)”.
  1. Kaum wanita, walau keluarga dekat, sebaiknya tidak ikut ke kuburan dalam proses penguburan.
Tata Cara Mengubur Jenazah
  1. Dua atau tiga orang dari keluarga rerdekat jenazah dan diutamakan yang tidak junub pada malam hari sebelumnya, masuk ke dalam liang kubur dengan berdiri untuk menerima jenazah
  2. Jenazah dimasukkan dari arah kaki kubur dengan mendahulukan kepala, sambil membaca:
بسم الله وعلي ملة رسول الله
“BISMILLA-HI WA ‘ALA- MILLATI RASUULILLA-H”.
“Dengan nama Allah dan afas agama Rasulullah”
  1. Khusus ketika memasukkan jenazah perempuan hendaklah dibentangkan kain di atas liang kuburnya.
  2. Miringkan jenazah ke sisi kanan, menghadap kiblat.
  3. Adapun melepas tali-talinya dan membuka kain yang menutupi pipi dan jari-jari kakinya sehingga menempel ke tanah, serta memasang bantalan (gelu; Jawa) tidak ada tuntunan dari Nabi saw
  4. Menutup dengan papan, bambu, atau batu lempeng, dengan memberi rongga secukupnya.
  5. Menimbun liang kubur itu dengan tanah dan boleh ditinggikan kurang lebih satu jengkal.
  6. Memasang tanda dengan sebuah batu, kayu atau bambu pada arah kepala saja tanpa diberi identitas apapun.
  7. Bagi pengiring jenazah dan yang menyaksikan penguburannya seyogyanya menaburkan tanah ke atas kuburannya tiga kali.
  8. Bagi pengiring jenazah yang tiba di kuburan ketika kubur belum selesai digali hendaklah duduk menghadap kiblat dan jangan duduk di atas kuburan.
  9. Memintakan ampunan dan keteguhan dalam jawaban bagi ienazah dan mendoakannya sambil berdiri.
Catatan:
  • Jenazah diperbolehkan untuk dimasukkan ke dalam peti bila tanahnya berair atau jenazah dalam keadaan rusak
  • Pada prinsipnya satu jenazah dikubur dalam satu liang kubur, tetapi tidak ada larangan untuk mengubur beberapa jenazah dalam satu liang kubur dengan posisi berjajar (tidak bersusun)
  • Memindahkan kuburan diperbolehkan dengan alasan darurat atau demi kemaslahatan, dengan hati-hati dan memuliakan jenazah
  • Autopsi (pembedahan) pada jenazah diperbolehkan atas dasar keperluan mendesak (kesehatan, penyelidikan, dan Iain-lain) hingga terpenuhinya tujuan pembedahan, kemudian jenazah diperlakukan sebagaimana mestinya, menuru t aturan sunnah
  • Penguburan di laut (dari kapal) dilakukan dengan memberi pemberat di bagian kaki jenazah supaya tenggelam sebagai pengganti penguburan. Sebelumnya jenazah dirawat seperti biasa.
Larangan yang berkaitan dengan kuburan:
ü  Meninggikan timbunan kuburan lebih dari satu jengkal dari atas permukaan tanah.
ü  Menembok kuburan sehingga menjadi bangunan.
ü  Menulisi kuburan dengan berbagai tulisan, seperti nama keluarga, dan lain-lain
ü  Duduk di atas kuburan.
ü  Menjadikan kuburan sebagai bangunan masjid.
ü  Berjalan di antara kubur dengan memakai alas kaki.
ü  Semua hal, kegiatan, yang menjurus ke arah syirik dan takhayul, seperti: berwasilah kepada orang yang telah mati, meminta restu kepada orang yang telah mati.
ü  Perempuan yang selalu/sering berziarah kubur.


















Daftar Pustaka
http://budakserban.blogspot.com/2013/03/fardhu-ain-dan-fardhu-kifayah.html